Menghafal hadits tidaklah
seperti menghafal rumus matematika, kimia ataupun bidang ilmu keduniaan lainnya,
melainkan menghafal hadits memiliki cara yang telah dijelaskan oleh para ulama
hadits terdahulu maupun ulama kontemporer. Cara menghafal hadits dibedakan
dengan menghafal disiplin ilmu lainnya disebabkan kemuliaan yang ada pada ilmu
ini karena Hadist ini berasal dari langit ke tujuh melalui lisan Nabi
Shallalaahu ‘alaihi wasallam, Allah mengatakan : tidaklah (Muhammad) berbicara
dengan hawa nafsunya melainkan karena wahyu yang diwahyukan kepadanya[1]
Dibawah ini merupakan hal –
hal atau cara – cara yang bisa membantu anda untuk menghafal hadits Rasulullah
:
1.
Memperbagus
Niat
Niat yang baik dalam menghafal hadits
sangatlah membantu untuk menghafal hadits Rasulullah karena dengan niat yang
ikhlas seseorang akan memperoleh berkah dalam ilmunya.
Imam Al-Khatib membawa
atsar dari Ibnu Abbas yang mengatakan : “sesungguhnya orang itu mampu
menghafal tergantung dengan niatnya”[2]
Ma’mar Bin Rosyid Berkata :
“Orang yang menuntut ilmu selain Allah ilmu tidak akan menghampirinya sampai
dia (berniat menuntut ilmu) karena Allah.”[3] Maksudnya anda tidak paham terhadap suatu
ilmu sampai niat anda benar – benar Ikhlas
2.
Menjahui
Maksiat
Abdullah bin Mas’ud
mengatakan : “saya menyangka bahwa orang yang lupa terhadap suatu ilmu disebabkan oleh dosa yang telah ia
perbuat.”[4]
Imam Syafi’I mengatakan : “saya
mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada waqi’ , dia membimbingku agar aku
meninggalkan maksiat, dan dia mengatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya dan
cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berrmaksiat.”
3.
Mengamalkan
Hadits yang Telah dihafal
Sufyan At-Tsauriy
mengatakan : ”Ilmu itu memanggil untuk diamalkan, kalau dia tidak menjawab
panggilan ilmu, ilmu itu akan pergi.”[5]
Imam Waqi’ mengatakan : “kami
membantu hafalan kami dengan mengamalkannya.”
4.
Mencari
waktu yang tepat untuk menghafal
Setiap orang memiliki
kesibukan yang berbeda,ada yang kerja malam untuk mencari nafkah dan ada yang
kerja diwaktu pagi hari. Setiap orang
memiliki potensi untuk menghafal hadits yang mulia dari Rasulullah, namun waktu
yang bagus untuk menghafal sangatlah penting agar kita dapat menggunakan tenaga
yang sedikit dan dapat memperoleh hafalan maksimal yang kita inginkan
Orang yang telah
berpengalaman dalam menghafal hadits mengatakan bahwa waktu yang paling baik
dalam menghafal dalah waktu: malam, shubuh, dan mereka mengkhusukan waktu
menghafal pada akhir malam yaitu pada waktu sahur dengan syarat dia telah tidur
pada awal waktu malam
Al-Khotib Al-Baghdadiy
mengatakan :”sesungguhnya mereka(ulama)
memilih untuk menela’ah pada malam hari disebabkan hati mereka dalam
keadaan kosong (dari kesibukan duniawiy) dan ketika hati kosong maka
menghafal akan lebih cepat
Isma’il bin Uwais
mengatakan : “jika engkau berkeinginan untuk menghafal sesuatu, maka
tidurlah kemudian bangunlah pada waktu sahur, kemudian nyalakannlah lampu, lalu
hafalkanlah (yang enkau ingin hafal) , engkau tidak akan lupa Insya Allah.[6]
5.
Manfatkanlah
Masa Mudamu
Masa muda adalah masa
keemasan untuk menuntut ilmu dan mengafalkannya, salah satu perkataan Hasan Al-Basri yang
cukup populer : “menuntut ilmu hadits tatkala kecil bagaikan mengukir diatas
batu” yaitu ketika seorang mengukir
diatas batu maka ukirannya itu akan terus menempel dan lama hilang, beda dengan
ketika ia menghafal hadits dalam keadaan umur sudah tua, sebagaimana
dipermisalkan : “menuntut ilmu diikala tua bagaikan mengukir di sungai” tentu orang yang mengukir disungai akan sangat
cepat hilang. Oleh karena itu para salaf senantiasa menyuruh anak – anak mereka
untuk bersegera ke majelis hadist sampai Abdullah bin Daud mengatakan: “seharusnya
seseorang memaksa anaknya untuk mendengarkan hadits.”[7]
‘Alqomah bin Qois Annakho’I menuturkan “ketika saya menghafal pada waktu
muda seakan –akan hafalan yang saya miliki seperti melihat kertas (yang
didalamnya ada yang dihafal)” maka pergunakanlah masa mudamu untuk
menghafal
6.
Memilih
Tempat yang Cocok Untuk Menghafal
Tempat yang paling bagus
menghafal ialah tempat yang jauh dari keramaian, tempat yang tenang, jauh dari jalan raya, maka janganlah engkau duduk di
taman untuk untuk menghafal karena disana banyak orang yang lewat, begitu juga
jangan menghafal di Mall atau di pasar akan tetapi menghafallah di kamarmu atau
di masjid.
7.
Mengeraskan
Bacaan yang mau dihafal
Mengeraskan bacaan dalam
menghafal sangat membantu untuk lebih cepat hafalan masuk ke otak , karena
setiap anggota badan yang bekerja dalam menghafal, seperti mata focus melihat
ke kertas hafalan, lidah yang mengucapkan hafalan dan telinga dipakai mendengar
suara kita maka hal itu lebih cepat dalam menghafal
8.
Memperkuat
Hafalan dengan Banyak Mengulang
Ibnul Jauzi Mengatakan :
Metode untuk memperkuat hafalan dengan banyak mengulang, dan manusia bertingkat
– tingkat dalam hal menguatkan hafalan, ada orang yang hafalannya kuat dengan
sedikit mengulang , ada pula orang yang
belum hafal sampai dia memperbanyak pengulangan, dahulu Abu Ishaq Asyirozi
mengulang pelajaran sampai 100 kali, telah mengtakan kepada kami seorang Ahli
fiqih Hasan bin Abi Bakr An-Naisaburiy:
saya tidak bisa hafal sampai saya mengulangi 50 kali, dan telah
mengisahkan kepada kami Hasan bahwa Ahli
Fiqih banyak mengulang pelajaran di rumahnya, saking banyaknya beliau (Hasan) mengulang
pelajaran di rumahnya. Sampai nenek yang tinggal di rumahnya mengatakan : “Demi
Allah, saya telah hafal!, kemudian hasan
mengatakan : “Ulangilah”, maka nenek tersebut mengulanginya, setelah lewat beberapa hari , Hasan mengatakan : “wahai
orang tua ulangilah apa yang engkau dahulu hafal” maka dia mengatakan: “saya
sudah tidak menghafalnya” maka Hasan
mengatakan : “saya senantiasa mengulangi hafalanku agar aku tidak lupa
sepertimu[8]”
9.
Menjaga
Hafalan dengan senantiasa melihat hafalan dan mengulanginya pada waktu yang
berbeda
Hafalan walaupun kuat jika
tidak pernah di ulangi maka pasti lupa, lupa adalah sifat manusia yang
diciptakan padanya sejak ia lahir dan ilmu itu bisa kuat dengan seberapa kuat
ia mengulangi hafalannya, telah dikatakan kepada Al-Asma’I : “bagaimana
engkau masih hafal sedangkan temanmu yang lain lupa” beliau menjawab : “saya
selalu mempelajarinya dan teman saya meninggalkannya .”
Seorang Tholibul ‘Ilmi
harus memuat jadwal untuk mengkhususkan waktu akhir pekan satu hari untuk mengulangi hafalan
yang Ia hafal dalam sepekan, begitu pula menjadikan akhir bulan 1 hari atau 2
hari untuk mengulangi hafalannya dalam 1 bulan dan pada akhir tahun
mengkhususkan waktu 1 pekan atau 2 pekan untuk mengulangi semua pelajaran dan
hafalan yang ia hafal dalam waktu 1 tahun
10.
Saling
Belajar Bersama Teman
Belajar bersama teman dan
saling bertanya tentang Ilmu akan lebih memperkuat ilmu yang ada pada diri kita
maupun mengingatkan teman yang mungkin dia lupa terhadap suatu ilmu. Dan saling
bertanya ilmu kepada teman merupakan salah satu wasilah untuk saling berlomba –
lomba dalam memperkuat keilmiyahan kita.
Berkata beberapa ulama’
salaf : “menghidupkan hadits dengan saling mengingatkan[9]”
Dan saling mengingatkan dan
bertanya kepada teman terhadap suatu ilmu sangat bermanfaat tatkala mendekati
waktu ujian, betapa banyak ilmu yang saya ambil ketika ada beberapa teman yang
bertanya kepada saya dan saya tidak bisa menjawabnya dengan begitu diri ini
terpacu untuk mencari jawaban, bukankah ini bermanfaat?
Dari manfaat saling
mengingatkan atau saling bertanya pelajaran kepada teman memiliki beberapa
faidah : memberikan faidah kepada penuntut ilmu antara satu dengan yang
lainnya, mendapatkan pahala dengan
mengajarkan ilmu, dapat memacu diri
untuk mencari suatu masalah yang belum
diketahui, dsb..
Abdullah bin Mubarok
mengatakan : “manfaat pertama orang yang menyampaikan hadits adalah memberikan manfaat antara satu
dengan yang lainnya”[10]
Imam Malik megatakan :
“barokah hadist adalah memberikan faidah antara satu dengan yang lainnya”
Muh. Luqman Hakim
Menjelang Maghrib, Jember
08-02-2015
www.penaluqman.com
[1] . An-Najm 3- 4
[2] Al-jami’ lil Khotib (1843)
[3]. Al-madkhol ila sunani lil
baihaqi (519)
[4] . Al-jami’ lil Khotib
(1846)
[6]
.Al-Jami’ul Al-Khotib (1872)
[7]
.Syarfu ashabil hadist (137-139)
[8]
Alhatsu ‘ala hifzi al’ilm libni Al-Jauziy (48-49)
[9] Al-Jami’ lil Khotib
[10] Al Jami’ lil Khotib (885)
Rujukan :
Ù†ØµØ§Ø¦Ø Ù…Ù†Ù‡Ø¬ÙŠØ© لطالب علم السنة النبوية
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus